08 Juli 2008

MMTC
Sekolah Tinggi MMTC Yogyakarta Sanggup Melayani Negara Berkembang
Oleh:Antonius Ratu Gah

Sumber daya manusia Indonesia yang cakap, mumpuni dan siap pakai sebenarnya masih kurang. Itulah sebabnya, pendidikan haruslah ditingkatkan. Negeri Belanda misalnya, yang sudah mempunyai tradisi Universitas lama pun masih harus mengembangkan sumber daya manusia yang siap pakai. Di dunia komunikasi, terutama bidang radio dan televisi serta teknologi informasi dan komunikasi, Indonesia masih sangat ketinggalan. Berikut laporan dari Yogyakarta mengetengahkan Sekolah Tinggi
"Multi Media Training Center" bersama Direktrisnya, Utik Ruktiningsih.

Untuk karyawan RRI dan TVRI
Demikianlah awal mula Media Training Center muncul di Yogyakarta dengan keperluan mendidik karyawan RRI dan TVRI. Dalam perkembangannya pemerintah Jepang juga masih tetap menaruh perhatian, karena melihat perkembangan yang baik di Indonesia. Sangat logislah kalau radio dan televisi serta teknologi informasi dan komunikasi berkembang, produk Jepang akan digunakan oleh para pengguna yang banyak jumlahnya di Indonesia. Program yang dikembangkan di sekolah tinggi dituturkan oleh Utik Ruktiningsih.
Pro dan kontra D4

Untuk meningkatkan diri, maka usaha terakhir adalah menjadikan tingkat pendidikan ini dari hanya D1- menjadi D-4, program empat tahun setara sarjana muda. Memang sangat dirasakan kalau untuk berkembang orang harus mendiskusikannya berkepanjangan, karena ada yang pro dan kontra.

Siapa Mahaiswa MMTC?
Kurikulum pun dikembangkan. Bukan hanya untuk bidang studi penyiaran saja, tetapi juga komunikasi dan informasi. Pada saat bangsa Indonesia memperingati Hari Ibu, 2 Desember 2000 maka resmilah Sekolah Tinggi MMTC memiliki program D4. Kurikulum diterapkan dan dilaksanakan empat bulan sesudah diresmikannya D4. Bagaimana pun sumber daya manusia dari RRI dan TVRI cukup banyak. Tetapi MMTC bukan hanya untuk mereka yang sudah bekerja, tetapi juga untuk pegawai pemerintah daerah dengan pilot proyek Pemda Yogyakarta. Lalu umum yang baru saja lulus dari Sekolah Menengah Umum. Di samping itu ternyata peminat berdatangan dari bidang-bidang lain Universitas.

Negara Berkembang Lainnya
Dengan bertambahnya program, maka TV dan stasiun radio swasta pun melirik pendidikan ini. Jepang tetap memperhatikan perkembangannya, walaupun alat-alat yang diberikan masih tetap analog. Beruntunglah, MMTC dapat mendidik tenaga-tenaga dari negara sahabat, dunia berkembang lainnya. Kursus pendek diselenggarakan lima kali dalam setahun. Tahapan berikutnya untuk lima tahun.

Perangkat Digital dan Gedung Baru
Jepang sangat memperhatikan perkembangan peralatan MMTC, sehingga pada 2002 telah dijanjikan perangkat digital akan diberikan, sehingga pada 2003 sudah digunakan peerangkat tersebut. Untuk itu pembangunan gedung baru pun dilaksanakan, sehingga pada 2004 gedung lama sudah ditempati perangkat digital.
ICT atau Teknologi Informasi dan Komunuikasi
Mengantisipasi perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi, MMTC mengembangkan jurusan ini pada 2004 dengan persiapan pada 2003. Utik Ruktiningsih mengatakan, dengan makin banyaknya stasiun televisi, tidak perlu lagi orang membeli program asing, asal para karyawan mempunyai dasar pendidikan yang sama, sehingga mereka dapat mengembangkan budaya nasional dengan baik. Terbukti hasil lulusan MMTC dapat menjadi produser di beberapa stasiun TV.

Lembaga Pendidikan Lain yang Sejenis.
Pendidikan semacam ini haruslah mengikuti kapasitas MMTC, sehingga pemerintah tidak akan membiarkan lembaga pendidikan yang tidak mempunyai gedung dan peralatan lengkap boleh terus.

Staf Pengajar
Staf pengajar berasal dari MMTC sendiri, ditambah dosen-dosen dari Gama, UI atau lembaga pendidikan lain. Dosen sangat banyak diperluikan, karena satu mahasiswa ditangani oleh 5 dosen pembimbing. Filsafat dasar MMTC mengembangkan tanggungjawab pribadi pada mahasiswa, karena mahasiswa akan menangani peralatan yang sangat mahal.

Persyaratan
Persyaratakan menjadi peserta program D1-D4 pertama dari kedinasan, yaitu RRI dan TV dengan batas umur tidak boleh lebih dari 45 tahun, diusulkan oleh lembaga bersangkutan dan harus menjalani testing tertulis dan lisan ditambah psichotest, karena menurut Utik Ruktiningsih, menjadi penyiar tidak sama dengan pekerjaan lain, harus berbakat. Jadi, apabila tes kejiwaan tidak lulus, maka tidak akan dipanggil.Testing diadakan pada tiap Agustus karena perkuliahan dimulai pada September.

Jumlah Mahasiswa Dibatasi
Tiap tahun diharapkan ada 75 peserta dan mungkin 125 orang. Yang diperlukan bukan banyaknya, tetapi kualitasnya. Itulah sebabnya, tiap tahun diadakan temu orang tua dengan para dosen,, supaya motivasi orang tua mengirimkan anak-anaknya juga mempunyai dasar yang kuat.

Program
Program studi yang ada sekarang ini adalah Produki, Pemberitaan dan Peralatan dengan lebih mengutamakan manajemen. Biaya pendidikan 4,5 juta rupiah. Tetapi mahasiswa pandai mendapat potongan 1 juta.

UU Penyiaran dan Pengaruhnya
Menyinggung masalah Undang-undang Penyiaran Ruktiningsih mengatakan memang ada pengaruhnya, tetapi MMTC tidak membedakan besar kecilnya perusahaan atau kedudukan seseorang di dalam perusahaan. Yang penting bagi MMTC adalah menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, trampil dan siap pakai.

Kerja Sama
Kerja sama yang dilakukan selama ini terutama dengan Jepang, Jerman dan bahkan India. MMTC sudah diagendakan di dalam PBB. Karena itu Utik Ruktiningsih juga mengharapkan Pemerintah Belanda dapat bekerja sama dengan MMTC dengan misalnya mengundang dosen atau mahasiswa untuk belajar, "Paling tidak dapat memanfaatkan studi yang ada." kata Ruktiningsih mengakhiri wawancara.

Tidak ada komentar: