05 April 2009

Komentar ku tentang Perkumpulan Skala


Adakah yang lebih mencemaskan hati, ketika melihat atau mendengar satu kejadian atau momentum terlewatkan? Ketika membaca koran atau mendengar berita di radio tidak seperti kenyataan sebenarnya. Apakah semua begitu saja terlewatkan. Akhirnya, kita hanya duduk diam termangu sambil bertanya : kapankah moment itu terulang lagi ? apa mungkin?

Terkadang kita sebagai jurnalist dibatasi oleh dinding-dinding kebijakan tempat kita mencari hidup. Saat nurani bicara, kepekaan kita merekam peristiwa dengan baik akhirnya kandas lantaran terbentur dinding kaca yang harus dibayar mahal bila kita memecahkannya.

Bila memang kenyataan itu yang terjadi, jangan heran kita ibarat katak dalam tempurung. Tidak berbuat apa-apa ketika semuanya hendak berlari melewati kita.

Menyedihkan sekali. Bagaimana mungkin, seorang jurnalist yang harusnya berani bicara fakta harus ingkar pada nalurinya sendiri?

Perkumpulan Skala adalah kumpulan pegiat dunia jurnalist, melihat fakta dengan hati, memperhatikan setiap detail peliputan dengan kesederhanaan. Tentunya sederhana bukannya singkat atau pendek tapi bagaimana menemukan inti berita itu sendiri yang diberitakan dengan melihat segmen yang tepat.

Dipengaruhi dengan visi yang jelas, kami tidak akan meliput tanpa orientasi. Dilanjutkan dengan strategi, karena kami sadar konsep harus nyata.

Dilanjutkan dengan pemaparan, diskusi, hal-hal yang harus dipenuhi, agar seluruh awak Perkumpulan Skala dapat mencapai tujuan dan cita-cita sejati.

Tak lupa, pentingnya jurnalisme positif sebagai sumber energi rohani, sumber inspirasi dan motivasi.

Kami adaptif dengan setiap perubahan ke arah yang lebih baik. Menjawab tantangan masa depan dengan memperhatikan setiap strategi yang memberi inspirasi, memberi kemudahan dalam implementasi, dapat dijalankan oleh semua anggota dalam perkumpulan kami.

Perkumpulan Skala bagi kami adalah payung yang ditopang dengan sebuah grand strategy. Dibuat untuk kepentingan bersama dan bukan ambisi pribadi. Mementingkan kualitas peliputan, karena sebuah peliputan teruji pada saat mengeksekusikannya dalam tulisan. Hal ini penting, agar tidak menjadi basa-basi atau hanya sebagai penghias orasi.

Blog ini pasti tidak sempurna. Tetapi ijinkanlah saya untuk mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah bergabung dalam blog ini.

Akhir kata, Selamat membaca, selamat menikmati, semoga bermanfaat dan menghibur hati.

04 April 2009

Lima P untuk memasarkan event

Keberhasilan setiap event, apa pun jenisnya akan sangat bergantung kepada pemasarnya dalam melaksanakan prinsip lima P pada pemasaran.

1. Product (produk)
2. Price (harga)
3. Place (tempat,lokasi)
4. Public Relation (kehumasan)
5. Positioning.

Karena tulisan ini dipersiapkan sebagai pembekalan untuk tim marketing DRR Market International Global Platform di Jenewa pada tanggal 15-19 June 2009, contoh-contoh yang ada akan banyak berbicara sekitar masalah tersebut.

1. PRODUCT
Bila sedang memasarkan event, sebaiknya kita mengetahui beberapa elemen penting seperti di atas, dan juga menjawab pertanyaan yang harus kita ajukan kepada pemrakarsa event.

1. Apa latar belakang pelaksanaan event?
Kita harusnya mampu menarik partisipasi karena kita dapat menjual esensi (makna) event-nya. International Global Platform ingin memberikan nuansa keberhasilan dan kehormatan dari suatu organisasi, dan juga nuansa kebanggaan bagi negara-negara yang mempunyai Platform Nasional PRB nya. Walaupun ini pertemuan ke dua, bisa saja event ini dibuat berkaitan dengan perayaan suatu sejarah lahirnya Platform Nasional PRB di Indonesia. Ini pertanda acara ini akan berkelanjutan untuk membangun loyalitas. Bagian yang paling penting dalam pemasaran event adalah bagaimana memanfaatkan peluang untuk menciptakan sejarah, dengan menarik perhatian orang sebanyak mungkin ke dalam aktivitas yang terpadu hingga dapat menggambarkan organisasi dan sasarannya.

2. Apa manfaat produknya?
Memunculkan pesan yang menggambarkan manfaat yang akan diperoleh oleh para peserta dalam memasarkan event menjadi prioritas. Bagaimana merancang event yang didukung dengan riset dan perencanaan yang baik menjadi kunci efektivitas pemasaran.

3. Apa keunikan produknya?
Untuk apa membuat event yang sama saja dengan event sebelumnya. Apa yang membedakan event ini dengan event sebelumnya? Pemasar yang berhasil adalah pemasar yang berhasil memenuhi harapan pengunjung, bagaimana pengalaman khusus tentang 6 Pilar menuju Indonesia yang lebih aman dan nilai tambah yang akan didapatkan oleh para peserta lainnya. Hanya dengan cara ini kita bisa membagi pengalaman yang khas dari Indonesia soal PRB dengan keunikan yang akan ditampilkan pada setiap media promosi yang dipergunakan.

II. PRICE
Event tidak selamanya diciptakan untuk mendapatkan uang, Namun ada beberapa event yang dirancang untuk impas biaya saja,bahkan tidak jarang yang diposisikan “merugi dulu” dengan harapan akan mendapat keuntungan dari hal lain. Misalnya banyak negara ingin mengetahui tentang 6 Pilar nya Indonesia yang mampu membuat Undang-Undang bencana atau cerita suksesnya pembentukan Platform Nasional. Hal inilah yang menjadi perhatian anggota dan masyarakat dunia. Event bukan hanya merupakan event yang mendatangkan keuntungan, tetapi bagaimana meningkatkan loyalitas dan kebanggaan semua anggota Planas serta berbagi succes story dengan negara lainnya.

III. PLACE
Lokasi penyelenggaraan event tidak hanya menentukan siapa pesertanya/hadirinnya, tetapi juga karakter event itu sendiri. Oleh karena itu , tempat juga harus menjadi pertimbangan pertama dalam merencanakan sebuah event.

IV. PUBLIC RELATION
Kehumasan merupakan bagian utama dari bauran pemasaran. Melalui kehumasan kita dapat mempromosikan apa saja yang diinginkan. Dalam Platform Nasional hal ini ada di Pokja empat. Kehumasan dapat mengarahkan pemikiran orang lain kepada kita dan misi kita. Kehumasan dapat juga terbentuk dari berita yang dilansir oleh wartawan yang menuliskan berita untuk koran-koran atau berupa konferensi pers yang dilakukan pada tahap-tahap tertentu sesuai dengan penahapan event yang diselenggarakan.

Kampanye kehumasan ini bukan hanya sebagai upaya untuk membangun citra positif dan produk yang dihasikan, tetapi seharusnya merupakan hal yang harus selalu dilaksanakan.

Untuk mempraktikkan kehumasan yang efektif, kita tidak harus menjadi seorang humas profesional. Pemberitaan di media komunikasi, artikel, menelepon seorang redaktur penerbitan dapat menghasilkan publikasi yang sangat efektif bagi event yang akan kita selenggarakan. Materi pemberitaan seperti ini sangat ditunggu oleh para penerbit surat kabar atau pengelola media komunikasi lainnya. Tentunya hal ini tidak hanya akan meningkatkan citara event yang akan diselenggarakan tetapi juga citra Planas itu sendiri..

V. POSITIONING

Pemasaran Event sangat bergantung pada ketepatan positioning poduk. Penjualan event yang efektif tergantung pada perencanaan pemasarannya. Ibaratnya, rencana pemasaran akan mengarahkan keberhasilan atau kegagalannya. Dan kunci pemasarannya adalah “positioing”.

Siapa yang diharapkan hadir, dimana dan apa perbedaan kita dengan yang lainnya? Bagaimana kita mengoptimalkan keunikan untuk memasarkan event kita. Bagaimana tanggapan mereka terhadap event kita. Pemasar event yang berhasil adalah mereka yang mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan ini.

Semakin rumit pertimbangan dalam menetapkan positioning, semakin kompleks pula rencana pemasarannya. Semakin rumit rencana pemasaran, semakin kecil kemungkinan kita mampu melaksanakannya.

Jadi, sederhanakanlah, ringkas dan informatif.

Antonius Ratu Gah
Untuk pembekalan Tim marketing DRR Market

02 April 2009

Beriklan dan Menjuallah dengan Angka, Jangan dengan kata Sifat


Di suatu event NGO pertengahan Februari 2009.
Semua ruangan di Jakarta Hilton Convention Centre terisi penuh dengan pemerhati bencana, baik itu pemerintah, private sektor dan NGO

Sementara di tempat lainnya, cahaya lampu berpijar terang diantara stand-stand pameran NGO yang memaparkan cerita dan solusi tentang bencana di negeri ini

Rasanya, kok ada yang aneh ya ? hampir dua jam berkeliling melihat stand yang ada, sepertinya melihat hal serupa, senada, dan biasa-biasa saja. Hampir semua stand hanya menampilkan sisi miris dari bencana itu sendiri, walaupun ada satu dua yang menawarkan brosur tiket menuju surga.

Semua stand seolah-olah mengatakan betapa hebatnya produk tersebut. Produk itu ada yang berbentuk gagasan, pendampingan pasca bencana hingga pengurangan risiko bencana.

Produk itu secara mencolok diiklankan sebagai lebih cepat, lebih manusiawi, lebih peduli, lebih baik. Produk itu memaksimalkan, meminimalkan, mengoptimalkan. Produk itu paling handal, paling tokcer, tepat sasaran, mengurangi resiko.

Tetapi apa yang dipahami pengunjung pameran setelah membaca bahwa suatu produk “lebih manusiawi dan lebih baik dari produk lainnya”, atau lebih tepat sasaran” atau lebih mengurangi resiko bencana”? ‘Apa artinya lebih manusiawi’, seberapa “peduli’ ; seberapakah ‘lebih banyak’? Apakah ‘lebih sedikit’ sama dengan lima atau lima puluh? Setelah membaca klaim produk berbasis kata sifat, pengunjung tidak memahami apa-apa!

Al hasil semuanya menggunakan kata sifat kosong untuk menjual produk, gunakanlah angka. Gunakan fakta dan data. Biarlah fakta dan data. Biarkan fakta bicara untuk dirinya sendiri. Pengunjung pameran akan memahaminya.

Pengunjung sangat bosan dengan kata sifat yang membanggakan diri sendiri. Mereka terbiasa dengan kata sifat dan mengabaikannya. Mereka juga telah mendengar setiap iklan dalam berbagai cara. Fakta adalah hal yang berbeda. Pengunjung menyukai perbedaan, menyukai fakta, karena mereka suka memutuskan untuk dirinya sendiri. Faktalah yang menjual.

Bayangkan percakapan antara dua orang ini tentang Situ Gintung ;

Orang I : “Anda harusnya melihat jebolnya tanggul Situ Gintung. Serem banget!!
Orang II : “Seberapa serem?”
Orang I : “Serem banget! Banyak banget korbannya.”
Orang II : “Berapa banyak korban?”
Orang I : “Uhhh, banyak dehh pokoknya!”

Setelah percakapan ini, orang II tidak mendapatkan informasi apa-apa! Seorang yang melakukan kampanye yang baik harusnya paham hal ini,” Anda harus berkunjung dan memberi bantuan untuk korban Situ Gintung. Ada 91 korban meninggal, ada 113 orang hilang. Situ Gintung yang dalamnya 10 meter dan luasnya 21 ha lebih, menampung air lebih dari 2 juta liter kubik air jebol pagi tadi. Dapatkah kita mengatur jadwal untuk mengunjunginya?”

Atau ajakan untuk ikut program “Earth hour” pada 28 Maret 2009 dari jam 20.30 hingga 21.30 : “Marilah kita mencintai bumi kita dengan mematikan lampu selama satu jam atau “ Mari bergabung dengan 1 milyar orang untuk menyelamatkan bumi dari global warming. Listrik yang anda matikan dapat membuat terang 900 desa, menyelamatkan 284 pohon, yang pasti ; menambah oksigen bagi bumi kita.”

Jangan beriklan dan dengan kata-kata sifat yang tak memberi nilai bagi orang lain. Libatkan emosi mereka. Gunakan angka, jangan narasi. Gunakan fakta, jangan fantasi. Jangan berkhotbah; beriklanlah!


Antonius Ratu Gah
Untuk persiapan DRR Market International Global Platform

28 Februari 2009

Komisi Musik Gereja " Rindu Perubahan "


Terbelenggu ke Dalam

Untuk mereka yang selalu berkaca pada kepentingan hari ini dan disini, agar memperoleh kearifan yang melapangkan jalan pembaharuan ...

Banyak masalah yang dihadapi Komisi Musik Gereja saat ini. Khususnya dalam tubuh gereja Protestan yang nota bene beraliran calvin lebih mengutamakan khotbah ketimbang pujian.

Dalam satu lokakarya tentang musik gereja yang diadakan oleh GPIB tahun 2008, terlihat jelas perkembangan musik gereja masih terbentur dengan aturan-aturan yang membatasi.

Seumpama, tidak semua lagu bisa dinyanyikan dalam gereja. Lagu yang boleh dinyanyikan hanyalah lagu gereja sedangkan lagu rohani tidak diperkenankan. Lagu-lagu rohani dicontohkan seperti lagu-lagu penyembahan dan lagu-lagu ciptaan Jonathan Prawira, Franky Sihombing dll.

Ironisnya, seminggu setelah lokakarya tersebut, ada seorang Pendeta yang diakhir khotbahnya menyanyikan lagu Rohani “ Semua baik “ sebelum mengakhiri khotbahnya, dan direspons oleh jemaat dengan menyanyikannya bersama-sama.

Ini artinya apa ? apakah jemaat juga merindukan lagu-lagu rohani itu menjadi bagian dalam nyanyian liturgi kita ? Tentu cara menjawabnya pun tidak semudah itu.

Memang dunia sudah berubah, tuntutan-tuntutan baru bermunculan. Begitu juga dengan musik gereja : begitu banyak lagu rohani yang baik dan memberikan pencerahan seusai kita menyanyikannya. Apakah karena alasan lagu tersebut bersifat pribadi dengan Tuhan lantas lagu rohani tersebut tidak boleh dinyanyikan dalam gereja kita ? Pertanyaannya apakah lagu Ya Tuhan Bila Hati kawanku dalam Kidung Jemaat juga tidak bersifat pribadi antara kita dengan Tuhan? kok bisa dinyanyikan ? lantas bagaimana dong ?

Sementara itu, ada HKBP di Bandung yang giat memasukan lagu rohani dalam ibadahnya dan jemaatnya pun bertambah banyak. Demikian juga dengan salah satu gereja di Yogya melakukan hal yang sama dan jemaat pun merespon dengan baik. Sementara kita masih asyik dengan keterikatan kita dengan dogma-dogma lama yang mengikat dan enggan diajak nunut dengan perubahan yang ada.

Lucunya lagi, dalam diskusi dengan majelis kami di gereja, masih ada yang menyatakan “dari dulu kita sudah begini, mau diapakan lagi?”. Mendengar jawaban itu saya berpikir : Seakan-akan ada faktor keturunan, semacam genetika yang sudah terkunci di sana dan tidak boleh berubah.

Dunia yang tidak seperti dulu lagi. Ketika pikiran para pembuat perubahan di abad ini sudah jauh di depan,pikiran-pikiran sebagian besar orang kita masih di masa lalu. Gerejanya berubah, manusinya belum.

Hendaknya ini menjadi perenungan kita bersama ketika kita mengharapkan adanya perubahan menuju pelayanan yang sejati tentunya. Harapan masih tetap ada, semangat masih tetap menyala, dan doa masih terus dipanjatkan agar HADIRAT ALLAH terjadi dalam setiap ibadah kita.

ANTONIUS RATU GAH
Ketua Komisi Musik GPIB EFFATHA JAKARTA

29 Juli 2008

Berjuang untuk tanah harapan


Berjuang untuk tanah harapan
Antonius Ratu Gah / 17 Juli 2008



Dua jam lebih kami duduk minum teh, di salah satu cafe di Pejaten, Pasar Minggu. Tepat di depan mata, ada secangkir teh beraroma manis sepat, ini aroma khas teh merek Upet dari Cirebon. Sebuah piring kecil berisi kentang goreng, saus sambel dan acar daun selada. Beberapa kali saya mengaduk gula batu yang masih utuh, sayang nanti kalau dingin.

Lama saya termangu di ruangan itu sambil menikmati lembutnya instrumen musik yang sengaja disetel oleh pemiliknya. Saya tersentak ketika tiba-tiba handpone berbunyi, sms rupanya,”Hi, Mas lagi ngapain? udah kelar ngedit berita Dompu?” SMS dari Mbak Rini, rekan kerja yang kebetulan sama-sama ke Dompu – Nusa Tenggara Barat (NTB).

Rupanya, bunyi SMS tadi mengingatkan saya. Akhir maret lalu, kami berada di Dompu, meliput dan berdiskusi, dengan sudut pandang prospesktif-optimis, membuat saya tergerak menulis ini.

Bicara soal Dompu, mengingatkan saya pada seorang aktivis, Muttakun, Yang “ngotot” berjuang bersama petani,sempat di tahan karena pengabdiannya, bergerak di lini depan saat bicara soal tata kelola hutan. Bukan hanya itu, Muttaqun di cap “doyan demo” lantaran sering kali menggalang petani bicara soal tanah harapan mereka.

Walaupun demikian, aksi Muttakun tetap berlanjut. Semua kemungkinan yang ada ditempuhnya. Mulai dari turun ke jalan melakukan demonstrasi, melebarkan jaringan hingga melobby wakil rakyat, walau hasil belum nampak.

Muttakun sempat bercerita, saat mengadakan pertemuan dengan petani, Polhut menangkap dirinya. Begitu juga dengan petani lainnya. Sebagian dari mereka, ditangkap aparat saat menuju ke lahan garapan. Dalam keadaan tangan diborgol dinaikkan ke truk Dalmas. “Kita ke kantor Camat, ada pertemuan di sana,” kata seorang aparat. Nyatanya malah digiring menuju ke Polres. Kejadian ini terjadi di daerah So Jati, So Ncando So La Lembo, beberapa tahun lalu.

Hati saya bergetar saat mewawancarai beberapa warga di daerah So Jati. Raut muka penuh harap jelas terlihat di wajah mereka, sebagiannya baru lepas dari tahanan. Lantas, dalam hati saya bertanya “Apakah getaran yang sama, juga ada di dalam hati Syaifurrahman Salman selaku Bupati Dompu?”. Kalau betul getaran itu ada, kita boleh lega.
Ada harapan Dompu akan menjadi lebih baik di bawah kepemimpinannya. Namun kalau kenyataannya berbanding terbalik, itu pertanda bahwa nasib petani kita akan begini-begini saja. Harapan untuk bisa hidup lebih baik hanya bersifat utopis daripada realistis. Hal itu disebabkan Para pengambil kebijakan tidak bisa menerjemahkan simpul-simpul permasalahan, seperti yang dikemas dalam demo-demo petani turun ke jalan.

Setulusnya saya percaya bahwa Syaifurrahman Salman sudah berusaha memahami ini. Namun, usaha itu tampaknya masih kurang keras. Sejauh ini petani masih belum bisa tersenyum, apalagi tertawa.

Melihat ini semua, Muttakun berharap dapat berdiskusi dengan Bupati. Sayangnya kesempatan itu tak kunjung datang, setelah beberapa kali permintaan untuk bertemu di tolak dengan berbagai alasan.

Tentunya tidak mudah melihat masalah ini. Namun sejujurnya saya katakan “Kita semua harus berusaha mencari jalan keluarnya,” dengan berupaya dan tetap fokus menuntaskan masalah petani di So Jati, So Ncando La Lembo, jangan sampai kasus itu akan menjadi pemicu mengerasnya sikap “Fortani”. Dompu bisa repot dan kehabisan energi jika hal itu sampai terjadi. Agar “usaha” yang dilakukan Muttakun tersebut tumbuh subur, ada beberapa langkah yang perlu segera dilakukan.

1. Ciptakan Suasana yang mendesak (Sense of Urgency)
Semua pihak harus disadarkan, bahwa institusi Anda berada pada situasi yang gawat. Kalau tidak diatasi segera, dapat masuk ke “ruang gawat darurat.” Mulai mendiskusikan indikator-indikator krisis, hal-hal yang berpotensi krisis, dan peluang-peluang yang ada di balik krisis itu. Maka tugas Anda adalah mengajak semua orang melihat apa yang Anda lihat. Ingatlah, pada setiap masalah yang sama, dua orang berdekatan bisa melihat dengan kesimpulan yang berbeda.

2. Membentuk Koalisi Gerakan yang Kokoh
Perubahan biasanya dimulai dari satu atau dua orang, tetapi ia tidak akan efektif kalau tidak mendapat dukungan dari suatu kekuatan massa yang besar. Massa yang besar umumnya baru bergerak kalau orang banyak sudah bergerak. Oleh karena itu, Anda sebaiknya membentuk koalisi untuk mendukung gerakan. Mereka ini bertugas memotret, menjelaskan, memantau, dan mendorong orang-orang di sekitarnya untuk ikut mendukung gerakan Anda.

3. Membangun Visi
Anda dan Koalisi harus bekerja menerjemahkan Visi ke depan. Tanpa Visi pengikut akan kehilangan arah.

4. Komunikasi Visi
Visi yang baik terkomunikasi dengan jelas dan terarah

5. Mendorong Para Pengikut bertindak sesuai dengan Visi
Anda mempunyai Visi agar semua orang dapat bertindak untuk mencapai visi. Termasuk di dalamnya adalah mendorong agar Tim lebih berani mengambil langkah-langkah beresiko dan keluar dengan gagasan-gagasan original, dan melakukan terobosan-terobosan kreatif.

6. Raihlah kemenangan-kemenangan pendek
Keberhasilan pada umumnya tidak dapat dicapai dalam tempo yang singkat. Jangan kaget bila Anda menemui banyak orang yang keletihan, hilang arah, tercecer di tempat-tempat tertentu. Jarak yang jauh dapat melemahkan semangat tim. Oleh karena itu penting bagi Anda untuk memberikan kemenangan-kemenangan “antara” agar para pengikut mengetahui dimana mereka berada, dan terus bersemangat mencapai tujuan.

7. Jangan berhenti, Teruslah Lakukan konsolidasi
Dengan memanfatkan momentum yang ada, Anda hendaknya terus memperbaharui sistem, struktur, kebijakan-kebijakan dll. Jangan mengumumkan kemenangan terlalu dini, agar para pengikut tidak cepat-cepat minta untuk beristirahat.

Saya paham, Petani-petani itu ingin secepatnya masalah ini selesai dan mereka dapat menggarap kembali tanahnya. Tetapi juga perlu dicamkan, dibutuhkan pengorbanan. Saat ini mereka sedang sakit, supaya sehat, harus rela menelan pil pahit, menerima infus, menjalani operasi yang berdarah-darah, kadang menerima suntikan yang menyakitkan, atau mungkin barangkali diamputasi. Mereka harus beristirahat beberapa waktu. Kalau proses ini dapat dilewati, mereka akan bangkit dan sehat lagi. Oleh karena itu, semua proses tidak bisa dilakukan tanpa perhitungan yang masak.

Sebagai catatan akhir, teruslah berjuang. Kita harus mengetahui kekuatan kita, Kita juga harus menghitung kekuatan musuh, kemudian kita harus tahu di mana kita berperang, kalau melihat kemungkinan jalan kita buntu, adakah jalan lain untuk kita mundur sementara dan mengatur strategi lain untuk menggempur musuh kembali ? (Sun Tzu)

Ode buat Gerakan Pemuda GPIB Effatha


Ode buat Gerakan Pemuda GPIB Effatha
(Antonius Ratu Gah, 28 Juli 2008)

Gerakan Pemuda (GP) GPIB Effatha sudah berumur 58 tahun, tetapi gregetnya masih belum terasa. “ Kok makin melempem ya ? kalau dulu jaman tahun 80 – 90 an anak-anak GP nya seabreg-abreg. Bahkan PHMJ nya pada keder sama kita ,” ujar salah seorang warga jemaat yang pada jamannya aktiv di Gerakan Pemuda.

Menurut saya, sah-sah saja orang berpendapat seperti itu. Tetapi, seharusnya diperjelas lagi, melempem apanya ? Jumlah anggotanya ataukah program GP itu sendiri.

Minggu pagi, saya sempat ngobrol dengan Gerry, saat itu sibuk menstabilo partitur lagu kantoria di gedung pertemuan sebelum kebaktian pagi. “ Menurut kamu, kenapa kok anggota GP makin hari makin ‘dikit ?” Gerry tersenyum, kemudian melepaskan stabilonya , “ Memang jumlahnya makin sedikit, tapi aku lebih senang begitu, daripada banyak orang tapi nggak berkualitas. Contohnya, dulu latihan nyanyi orangnya banyak, tapi giliran satu keluar semuanya ikut keluar, satu nggak datang semuanya nggak datang, masih mental rombongan! Sementara PS butuh orang yang berkomitmen. Kalau ditegur, besoknya malah nggak datang, kan repot kalau begini ?” kata Gerry.

Obrolan pagi kita terputus karena Gerry harus latihan, saya juga harus mempersiapkan peralatan musik untuk kebaktian pagi yang beberapa menit lagi menjelang.

Tetapi, obrolan tadi rupanya menggelitik perasaan saya untuk membahas hal ini lebih dalam.

Keanggotaan

Bicara soal jumlah anggota GP yang kembang-kempis dari tahun ke tahun, sebenarnya cukup menjawab keberhasilan pengurus dalam menjaring pemuda-pemudi Kristen. Salah satu indikator keberhasilan program ditentukan oleh kualitas dan kuantitas, secara kasat mata kita dapat menghitung berapa jumlah anggota saat ini ? apakah semakin banyak atau malah sebaliknya ?

Beberapa waktu lalu, saya sempat bertanya kepada Ita (Ketua GP Effatha) tentang database keanggotaan GP di semua sektor. Bila ada, ini sangat membantu untuk menjaring rekan muda yang ada di sektor untuk bergabung.

Data saja tidak cukup. Dibutuhkan aksi nyata untuk membuat data itu bicara. Misalnya, Pengurus GP pusat turun ke sektor untuk berdiskusi dengan rekan muda yang belum aktiv. Atau mudahnya, berkoordinasi dengan Koordinator Sektor masing-masing, tentunya untuk menggalang rekan GP.

Program

Sepintas saya melihat program Gerakan Pemuda saat ini, sudah cukup baik. Tetapi pertanyaannya “apakah implementasi program tersebut berbanding lurus dengan harapan.” Apakah sudah cukup menjawab kebutuhan rekan muda saat ini ?

Dampak dari program harus memberi nilai dan kemampuan yang akan menguntungkan rekan muda lainnya. Lalu, pastikan kepengurusan GP saat ini solid, Sehingga mereka mengetahui bahwa pengurus memiliki kualitas yang mereka butuhkan itu.

Mohon di ingat, Jika rekan muda tidak melihat kemampuan pengurus untuk berkontribusi, mereka tidak akan melihat adanya janji keuntungan bagi pengembangan diri mereka.

Bila pengurus menyumbangkan hasil yang baiknya tidak biasa kepada rekan muda ; suara Anda akan terdengar keras bahkan sebelum Anda berbicara. Jadi ; buatlah program yang tidak biasa tetapi “ruarrrr biasa”.

Batasi Pilihan

Petuah lama menyatakan bahwa dengan semakin banyak pilihan, seseorang makin mantap untuk memilih yang dia sukai dan hal ini mendorongnya untuk segera mengambil tindakan. Yang benar adalah sebaliknya ! Jika ada banyak pilihan dari tindakan yang Anda minta, seseorang akan kebingungan untuk memilih salah satunya. Tak seorangpun ingin berbuat salah dan berada pada posisi yang serba-salah. Semakin sedikit pilihan, semakin cepat orang memilih dan tidak menimbang-nimbangnya lagi.

Jadi, mendingan program nggak usah banyak-banyak, yang penting fokus. Kalau programnya banyak, lantas yang ngikutin dia-dia lagi, akhirnya cape dehh.

Manfaatkan Kesempatan

Saya melihat mading GP sudah cukup bagus. Tapi, kalau mau lebih bagus lagi, harus lebih kreatif, banyakin tulisan originalnya daripada cuplikan dari mana tau.

Kemudian, warta Jemaat yang ada saat ini, dari jaman Orde Lama sampai hari ini masih gitu-gitu aja. GP seharusnya memanfaatkan itu dengan membuat rubrik sendiri di dalam warta jemaat, supaya setiap minggu informasi atau cerita berbau GP selalu up date ke jemaat.
Kalau tidak salah dengar, GP sudah mempunyai millis. Ini menunjukan GP Effatha tidak gaptek. Mudah-mudahan dapat digunakan semaksimal mungkin, hal-hal yang berbau pribadi, janganlah di sebut-sebut di situ. Semua punya rasa, punya cinta, tapi kalau kangen cukup telepon, atau sms, jangan tulis di millis.

Saat ini, Chemby Hutapea (Ketua III PHMJ) sangat concern dengan kemajuan BPK Gerakan Pemuda. Sumbang saran dan bimbingan langsung seharusnya dapat ditindak lanjuti secara terintegrasi, Ini merupakan peluang bagi GP untuk meningkatkan kinerja dan stakeholdersnya.

Dalam kata sambutannya saat kebaktian HUT GP, Chemby juga menyinggung tentang keberadaan band GP sebagai pengiring jemaat dan akan diadakannya kebaktian minggu khusus pemuda, yang waktunya belum ditentukan.

Dirgahayu GP ke 58, Tuhan Yesus Memberkat

12 Juli 2008

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Perambah Hutan di Pulau BAWEAN


PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Perambah hutan

Dalam upaya menyelamatkan dan melestarikan hutan lindung dan rusa endemik di pulau Bawean, Jawa Timur. Lembah bersama-sama masyarakat bekerjasama mengembangkan pengelolaan hutan dan pemberdayaan masyarakat perambat hutan. Kegiatan yang dilakukan dengan melakukan pengembangan media dan pelatihan bagi masyarakat.

Liputan Lapangan ke Desa Pudakit Timur, Kec. Sangkapura- Pulau Bawean
Perkumpulan SKALA / Antonius Ratu Gah