08 Juli 2008

Hutan Hejo Masyarakat Ngejo

Oleh : Antonius Ratu Gah

Mengkoordinir masyarakat yang menggarap kawasan hutan bukanlah hal yang mudah, apalagi membuat perencanaan hutan di desa Saninten Pandeglang. Omang Mansur (47) berhasil mengkoordinir masyarakat desa bersama LATIN (Lembaga Alam Tropika Indonesia) membuat Perencanaan Desa Hutan. Caranya sederhana, hanya mencari apa yang sebenarnya dibutuhkan masyarakat sekitarnya.

Laki-laki asli Pendeglang ini bercerita, sebenarnya usaha untuk membuat perencanaan desa hutan di desa Saninten itu, bermula dari kekuatirannya melihat pengelolaan hutan yang semakin parah didesanya. Awalnya ada keragu-raguan. Beruntung, ketika ada organisasi seperti LATIN yang memfasilitasi masyarakat di desanya untuk membuat apa yang menjadi harapannya.

“ Dulu, ketika saya kecil, saya bebas main di hutan sambil makan buah-buahan yang ada di dalamnya. Tapi sekarang, sudah ada aturan main tentunya. Bisa dibayangkan hijaunya hutan kami sampai dibilang orang “bujal” (pusar) dari wilayah Banten.

Namun, Omang sadar, tidak mudah mengajak orang sedesanya untuk memikirkan perencanaan untuk desanya sendiri. Bersama dengan LATIN, Omang mengajak masyarakat untuk urun rembug bicara soal kelola hutan yang nantinya berguna di kemudian hari.

Cara yang dibuat Omang ternyata tak keliru. Bersama masyarakat desa membentuk tim, masuk keluar hutan untuk orientasi lapang. Mendata potensi yang ada di hutan Saninten Gunung Karang, mengumpulkan, kemudian merumuskannya bersama-sama. Apa maksudnya ? supaya data yang telah di rumuskan secara manual bersama dengan Badan Perwakilan Desa, tokoh masyarakat dan kelompok tani dapat dipertanggung jawabkan.

Rupanya tidak cukup sampai disitu. Data ala kadarnya dikirim ke LATIN Bogor untuk di komputerisasi, sekaligus dikaji lebih dalam oleh para ahli dibidangnya untuk keakuratan data tersebut. Selama proses berjalan, bukan sekali dua kali harus kembali ke Saninten untuk mengecek keberadaan data sebenarnya.

Perencanaan Desa Hutan yang sudah rampung, dilokakaryakan di tingkat kebupaten. Mujio, Wakil Bupati Pandeglang beserta dua puluh dinas yang terkait dengan perencanaan desa hutan, hadir dalam kesempatan itu. Beberapa dinas yang hadir diantaranya dinas Lingkungan Hidup, Perkebunan, Pendidikan dan lainnya, terlibat aktif membahas kepentingan masyarakat Saninten.

Tentu berbeda dari biasanya, Kali ini masyarakat sendiri merencanakan apa yang menjadi kebutuhannya. Diantaranya, membatasi lahan garapan hutan di ketinggian 1000 mdpl, mereboisasi lahan sepanjang sungai, membuat jalan ke hutan, tata kelola air hingga reboisasi mata air di kampung Cikupa dan lainnya.

Dari lokakarya, beberapa saran diterima oleh Dinas untuk ditindak lanjuti .Sementara yang ditolak, di bawa ke desa agar dibahas dan hasilnya dikirimkan kembali ke Dinas terkait.

Tanggapan Dinas Kehutanan contohnya, hutan tidak ada batasan administrasinya lagi, Pemda dapat membantu Kehutanan. Masyarakat boleh menanam dan menikmati hasil hutan, asalkan memenuhi aturan hibah yang disepakati. PMDH pun mempunyai banyak program pemberdayaan masyarakat desa hutan. Dinas Kehutanan Propinsi juga siap bantu membuat jalan menuju Sumur Tujuh sebagai wizata ziarah yang kebetulan berada di kawasan tersebut. Beberapa Kelompok tani diberi bibit tanaman muncang, kemiri, picung, rotan.

Latin berharap masyarakat dapat diberikan batas garapan yang jelas mengingat kerancuan antara hutan lindung dan PHBM (Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat) . Pemerintah bertugas mensejahterakan masyarakat, apalagi telah dibantu perencanaan yang didalamnya termuat jelas peta wilayah sesuai dengan fungsi potensi hutan.

“Setiap kali saya masuk ke hutan, saya selalu tersenyum dan berharap Hutan hejo masyarakat ngejo (hutan hijau masyarakat sejahtera) he-he-he,” kata Omang sambil mematikan rokoknya setelah hisapan panjang terakhirnya.

Tidak ada komentar: